Anak merupakan generasi penerus yang berpotensi untuk mewujudkan kualitas
dan keberlangsungan bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa, anak harus
dipersiapkan sejak dini dengan upaya yang tepat, terencana, intensif dan berkesinambungan
agar tercapai kualitas tumbuh kenbang fisik, mental, intelektual, sosial dan
spiritual yang dimulai sejak dini. Dalam proses tumbuh dan kembang, bayi usia
0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang
pesat, sehingga diistilahkan sebagai
periode emas sekaligus periode
kritis. Periode emas dapat berubah
menjadi periode kritis
yang akan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik
pada saat ini
maupun masa selanjutnya [1].
Faktor-faktor
yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan
mencakup faktor genetik dan
faktor eksternal. Faktor genetik atau
keturunan berperan pada
masa konsepsi (pembentukan janin). Faktor genetik ini bersifat tetap
atau tidak berubah
sepanjang kehidupan dan menentukan
beberapa karakteristik seperti jenis
kelamin, status fisik dan
ras. Faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan individu antara
lain keluarga, agama, iklim,
budaya, komunitas dan nutrisi [2]. Diperkuat pendapat
Roesli (2005) Kesehatan dan gizi
merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh kecukupan zat
gizi yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sejak bayi. Pada masa bayi
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat cepat dan perkembangan otak
telah mencapai 70% oleh karena itu salah satu upaya mendasar untuk menjamin
pencapaian tertinggi sekaligus memenuhi hak anak adalah pemberian makanan/nutrisi yang terbaik sejak lahir dan pada usia dini [3].
Gizi (nutrition) adalah
suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses
digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari
organ-organ serta menghasilkan
energi. Pemberian nutrisi pada
anak harus sudah
dimulai sejak dalam kandungan,
yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai kepada ibu hamil. Bayi menerima
makanan dari ibu
melalui plasenta selama ibu
hamil, setelah lahir makanan bayi hanya didapat
dari ibu yaitu Air Susu Ibu [4]
Pentingnya terpenuhi gizi bayi untuk mencapai tumbuh
kembang optimal, dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal
penting yang harus diperhatikan yaitu: pertama, memberikan air
susu ibu kepada
bayi segera dalam
waktu 30 menit setelah bayi lahir; kedua, memberikan air susu ibu (ASI)
saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6
bulan; ketiga, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi
berusia 6-24 bulan; dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih. Di samping itu juga
MP-ASI disediakan berdasarkan bahan lokal bila memungkinkan, MP-ASI
harus mudah dicerna, harus disesuaikan dengan umur dan kebutuhan bayi dan
MP-ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup [5]
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.
Bayi yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-nya daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi yang baru lahir biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin bertambah usianya, waktu atau jarak antara menyusui akan meningkat karena kapasitas perut mereka menjadi lebih besar. Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya mengenal susu formula akan memulai minum susu formula kira-kira setiap 3 sampai 4 jam selama beberapa minggu pertama kehidupan. Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk memberi makan bayi Anda, lebih baik perhatikan isyarat bahwa dia sudah kenyang ketika Anda memberinya ASI atau susu formula. Ini lebih penting bahwa Anda memperhatikan petunjuk atau sinyal dari bayi Anda yang menunjukkan dia lapar. Ini disebut isyarat kelaparan. Ketika dia ingin makan, mungkin dia akan meletakkan kedua tangan atau jari pada mulutnya, membuat gerakan mengisap, menjulurkan lidahnya, memukul bibirnya, menendang atau menggeliat, atau mulai menggerakan rahang dan mulut atau kepala untuk mencari payudara Anda. Jika ia mulai menangis, ini biasanya sinyal akhir bahwa dia ingin makan.
Pemberikan ASI Esklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah yang di sebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi memang belum di beri makanan selain susu untuk itu ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi. Namun, seringkali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI eksklusif ini atau si bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan lain selain ASI si ibu tidak memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan dunia WHO, bayi sebaiknya di sapih setelah 2 tahun usianya. Permasalah ASI eksklusi juga terjadi pada ibu yang bekerja di kantoran, untuk itu pemerintah mencoba memberikan keleluasaan pada ibu yang pada masa pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak ikut serta bekerja atau mengijinkannya memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.
Seberapa Penting Pemberian ASI Eksklusif
Pentingnya ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian, dan tanggung jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari akan dampak pada si bayi jika ASI eksklusif ini tidak di berikan pada bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat dan kemungkinan besar juga bayi anda tidak sehat.
Seperti kita ketahui bersama dengan ibu memberikan ASI nya secara maksimal maka otomatis sang ibu akan mentrasfer imunitasnya kepada si bayi, sehingga apabila ibu sehat maka bayi juga bisa sehat. Kita harus coba bersama-sama memberikan pemahaman pada masyarakat untuk melindungi hak bayi dalam memperoleh ASI eksklusif.
Perhatian akan pentingnya ASI eksklusif juga harus datang dari lingkungan sekitar, ini agar pemberian ASI eksklusif di terapkan dalam kebiasaan atau budaya yang harus di lestarikan. Karena meskipun ada susu formula yang anda andalakan sebagai pengganti ASI eksklusif itu tidak akan sebaik ASI. Karena banyak sekali kandungan susu formula yang tidak terdapat pada ASI, asi lebih memiliki fungsi menyeluruh pada bayi sedangkan susu formula hanya memacu sebagian saja. Jadi, sudah sangat jelas bahwa memberikan ASI eksklusif adalah hal yang tidak bisa di gantikan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur dua tahun.
Bayi yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-nya daripada pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi yang baru lahir biasanya setiap 2 sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin bertambah usianya, waktu atau jarak antara menyusui akan meningkat karena kapasitas perut mereka menjadi lebih besar. Sebaliknya, bayi baru lahir yang hanya mengenal susu formula akan memulai minum susu formula kira-kira setiap 3 sampai 4 jam selama beberapa minggu pertama kehidupan. Daripada menggunakan jam sebagai panduan untuk memberi makan bayi Anda, lebih baik perhatikan isyarat bahwa dia sudah kenyang ketika Anda memberinya ASI atau susu formula. Ini lebih penting bahwa Anda memperhatikan petunjuk atau sinyal dari bayi Anda yang menunjukkan dia lapar. Ini disebut isyarat kelaparan. Ketika dia ingin makan, mungkin dia akan meletakkan kedua tangan atau jari pada mulutnya, membuat gerakan mengisap, menjulurkan lidahnya, memukul bibirnya, menendang atau menggeliat, atau mulai menggerakan rahang dan mulut atau kepala untuk mencari payudara Anda. Jika ia mulai menangis, ini biasanya sinyal akhir bahwa dia ingin makan.
Pemberikan ASI Esklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah yang di sebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi memang belum di beri makanan selain susu untuk itu ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi. Namun, seringkali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI eksklusif ini atau si bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan lain selain ASI si ibu tidak memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan dunia WHO, bayi sebaiknya di sapih setelah 2 tahun usianya. Permasalah ASI eksklusi juga terjadi pada ibu yang bekerja di kantoran, untuk itu pemerintah mencoba memberikan keleluasaan pada ibu yang pada masa pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak ikut serta bekerja atau mengijinkannya memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.
Seberapa Penting Pemberian ASI Eksklusif
Pentingnya ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian, dan tanggung jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari akan dampak pada si bayi jika ASI eksklusif ini tidak di berikan pada bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat dan kemungkinan besar juga bayi anda tidak sehat.
Seperti kita ketahui bersama dengan ibu memberikan ASI nya secara maksimal maka otomatis sang ibu akan mentrasfer imunitasnya kepada si bayi, sehingga apabila ibu sehat maka bayi juga bisa sehat. Kita harus coba bersama-sama memberikan pemahaman pada masyarakat untuk melindungi hak bayi dalam memperoleh ASI eksklusif.
Perhatian akan pentingnya ASI eksklusif juga harus datang dari lingkungan sekitar, ini agar pemberian ASI eksklusif di terapkan dalam kebiasaan atau budaya yang harus di lestarikan. Karena meskipun ada susu formula yang anda andalakan sebagai pengganti ASI eksklusif itu tidak akan sebaik ASI. Karena banyak sekali kandungan susu formula yang tidak terdapat pada ASI, asi lebih memiliki fungsi menyeluruh pada bayi sedangkan susu formula hanya memacu sebagian saja. Jadi, sudah sangat jelas bahwa memberikan ASI eksklusif adalah hal yang tidak bisa di gantikan.
Fakta yang terjadi
Pemberian makanan bayi di Indonesia masih banyak yang
belum sesuai dengan umurnya. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) pada tahun 2002, sebanyak 32%
ibu melakukan pemberian makanan terlalu dini kepada bayinya pada usia 2-3 bulan
dan sebanyak 69% memberikan makanan pada usia bayi 4-5 bulan hasil penelitian
Litbangkes (2003) menunjukan masyarakat Indonesia terutama di perdesaan pada
umumya memberikan pisang (57,3%) kepada bayinya sebelum usia 4 bulan. Penelitian
Irawati (2007) menemukan bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapatkan Makanan
Pendamping ASI dengan usia kurang dari satu bulan. Hasil Riskesdas 2010
memperlihatkan 55,1% bayi telah mendapatkan Makanan Pendamping ASI berupa susu
formula, biskuit, bubur, nasi lembek, pisang dan persentase ini terus bertambah sejalan dengan
bertambah bulan, pada bulan ke lima 83,2% bayi telah mendapatkan Makanan
Pendamping ASI.
Secara teoritis diketahui bahwa Makanan Pendamping ASI
terlalu dini pada bayi dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi seperti
diare, konstipasi, muntah, alergi dan gagal tumbuh kembang [7,8] Disamping itu akan mempengaruhi tingkat
kecerdasan anak setelah usia dewasa, dan memicu penyakit hipertensi dan jantung
koroner [9].
Fenomena “gagal tumbuh” atau growt faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6
bulan karena bayi diberikan MP-ASI yang tidak tepat, kondisi tersebut terus
akan memburuk hingga usia 18-24 bulan [10]. Menurut WHO dalam Kemenkes RI (2013)
memjelaskan bahwa kekurangan gizi memberikan kontribusi pada 2/3 kematian
balita yang terkait dengan praktek pemberian makanan yang tidak tepat pada bayi
dan anak usia dini [11].
Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian Makanan
Pendamping ASI diantaranya adalah pengetahuan ibu, ibu yang bekerja dan dukungan
Keluarga [12]. Senada pendapat Soetjiningsih (2004), berpendapat
berdasarkan beberapa studi yang diamati, terdapat kecenderungan penurunan
pemberian ASI dan mulai memberikan Makanan Pendamping ASI dikarenakan adanya
partisipasi wanita dalam aktifitas kerja [13] Studi yang lain menemukan banyak
orang tua menganggap kebutuhan nutrisi bayi tidak cukup hanya dengan ASI,
sehingga bayi perlu dibantu dengan memberikan Makanan Pendamping ASI. Pemberian
Makanan Pendamping ASI dapat berupa susu formula atau yang lainnya sudah
menjadi hal biasa pada kalangan orang tua dengan berbagai alasan yang
memperkuat perilakunya diantaranya kesibukan ibu, pengetahuan ibu kurang tentang pemberian ASI [14].
Peran bidan dalam Pemberian ASI Ekslusif
Oleh karena itu, bidan berperan penting dalam pemberian ASI Ekslusif dimana bidan dalam peranannya dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga dimulai sejak dini yaitu sejak ibu mengandung anaknya, pemberian penyuluhan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif ketika melahirkan anaknya sehingga ibu dapat mengambil keputusan untuk memberikan ASI nya kepada bayinya sejak lahir sampai dengan 6 bulan.
Selain itu dukungan keluarga berpengaruh dalam mengambil keputusan ibu, dimana ibu dalam keadaan pasca persalinan dimana keadaan yang berubah memerlukan dukungan keluarga dalam mengambil keputusan. dukungan ini merupakan suport atau motivasi kepada ibu dalam melakukan perilaku yang positif untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya.
Hebaaaat bu erlin.....
BalasHapusHebaaaat bu erlin.....
BalasHapus